Kata
Pengantar
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan YME,
karena dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang
berjudul Mengatasi masalah ketergantungan kedelai impor di Indonesia. Meskipun
banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis
berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada Ibu
Rieke selalu dosen yang telah membantu dan membimbing penulis dalam mengerjakan
karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
mahasiswa yang sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada
masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu penulis berharap semoga
karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah
ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, 10 Oktober 2013
Penulis,
Kusuma Wulandari
DAFTAR
ISI
HALAMAN
Halaman Judul
.......................................................................................... .......... i
Kata Pengantar
...............................................................................................
ii
Daftar isi
.......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
....................................................................................
4
B.
Tujuan Penulisan
.................................................................................
4
C.
Rumusan Masalah ...............................................................................
4
D.
Manfaat Penulisan
...............................................................................
5
BAB II KERANGKA
TEORITIS .................................................................... 5
BAB III CARA
PENGUMPULAN DATA ....................................................... 5
BAB IV PEMBAHASAN
...............................................................................
5
BAB V KESIMPULAN
A.
Kesimpulan ........................................................................................
12
B.
Kritik dan Saran ..................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
13
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa ini, banyak
masyarakat yang telah akrab mendengar kata kedelai dalam kehidupan sehari-hari
baik dari kalangan atas, menengah, maupun bawah. Kedelai menjadi sangat
istimewa karena dibalik harganya yang murah, kedelai meinyimpan banyak sekali
manfaat untuk kesehatan. Namun, kedelai yang biasa kita jumpai dalam olahan
tempe, tahu, maupun susu kedelai, kini menghilang di pasaran. Indonesia
saat ini termasuk negara yang terancam krisis pangan. Salah satu indikatornya
adalah ketergantungan Indonesia yang besar terhadap impor sejumlah komoditas
pangan utama Naiknya harga kedelai di pasaran dan ketergantungan
Indonesia dalam sektor perdagangan impor adalah beberapa sebab yang menjadi
masalah dalam pemenuhan bahan pangan secara mandiri. Akibatnbya, banyak
pengrajin tempe. tahu, maupun pedagang serta masyarakat luas yang merasakan
dampaknya. Mulai dari terjadinya bangkrut pada Usaha Kecil Menengah hingga
terjadinya pengangguran. Kebijakan yang diambil pemerintah dalam mengatasi masalah
ini tidak strategis sehingga daya produksi kedelai dalam negeri kembali lesu. Kondisi
ini tentu sangat memprihatinkan. Padahal jika ditinjau lebih dalam, Indonesia
merupakan negara agraris dengan banyak lahan produktif terbentang dari sabang
hingga merauke. Keadaan yang menguntungkan seperti ini seharusnya mampu
menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemilik potensi pertanian terbaik di dunia.
Namun rupanya hal tersebut belum mampu membuat Indonesia dapat memproduksi
kebutuhan pangan khususnya kedelai secara mandiri tanpa bergantung kepada
negara lain.
Di dalam karya tulis
ilmiah ini penulis mencoba menguraikan satu per satu masalah krisis kedelai di
Indonesia hingga solusi untuk membangkitkan daya produksi kedelai lokal
sehingga tidak selalu bergantung kepada negara lain untuk memenuhi kedelai di
dalam negeri. Semoga dengan karya ilmiah ini kita semua dapat mengetahui
masalah dan solusi kedelai tersebut secara mendalam.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan
karya ilmiah ini antara lain :
1.
Mengetahui manfaat kedelai bagi
kehidupan manusia
2.
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya krisis kedelai di Indonesia
3.
Memahami peranan pihak-pihak yang
berpengaruh dalam mendorong produksi kedelai
4.
Memberikan solusi untuk mengatasi
ketergantungan impor kedelai di Indonesia
C. Perumusan
masalah
1.
Apa saja manfaat kedelai bagi manusia?
2.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis kedelai di
Indonesia?
3.
Siapa saja pihak-pihak yag
berpengaruh dalam mendorong produksi kedelai?
4. Apa saja solusi yang digunakan untuk mengatasi
ketergantungan impor kedelai di Indonesia?
D. Manfaat
Penulisan
Hasil penulisan ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai peranan kedelai bagi masyarakat
Indonesia dengan memahami faktor-faktor yang menjadi masalah ketergantungan impor
kedelai serta solusi untuk mengembangkan daya produksi kedelai lokal.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
Pada bab ini penulis
memperoleh kerangka teoritis dari pendapat yang dikemukakan oleh narasumber
yang dapat diterima. Adapun pendapat dari narasumber yang kami ketahui mengenai
kacang kedelai yaitu :
Menurut Marah Maradjo
kacang kedelai termasuk keluarga kacang-kacangan, kacang kedelai memiliki
keunggulan tersendiri dibandingkan jenis kacang-kacangan lainnya. Nilai
keunggulannya sangat banyak. Nilai proteinnya sangat tinggi dibandingkan dengan
kacang-kacangan lainnya. Dari 100 gram kedelai memiliki protein 35%, sedangkan
kacang tanah ataupun kacang hijau proteinnya lebih rendah daripada kacang
kedelai.
BAB
III
CARA
PENGUMPULAN DATA
Metode adalah suatu
cara yang digunakan seseorang untuk mendapatkan data guna memecahkan masalah
dalam membuat sesuatu. Dalam pembuatan karya ilmiah ini penulis menggunakan
metode berdasarkan literatur yang ada.
Penulis memperoleh
sumber data dari media internet melalui penelusuran google yang memuat
artikel-artikel terkait.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.
Manfaat kedelai bagi manusia
Siapa yang meragukan
khasiat kacang kedelai. Polong-polongan ini telah lama dikenal dunia dengan
sejuta khasiatny. Kebiasaan mengkonsumsi kedelai telah dimulai ratusan tahun
yang lalu utamanya di China dan Jepang. Dan terbukti, tingkat kesehatan
orang-orang di kedua Negara tersebut cukup tinggi. Salah satunya adalah karena
mengkonsumsi kedelai.
Tidak hanya di
China dan Jepang, di Indonesia kedelai menempati urutan yang tinggi dalam
piramida makanan. Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian
besar penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki
peranan yang besar karena merupakan sumber bahan baku utama bagi industri tahu,
tempe, dan pakan ternak berupa bungkil kacang kedelai.
Selain mudah
diolah menjadi makanan ataupu minuman, kedelai rupanya memiliki banyak manfaat
bagi kesehatan. Diantaranya adalah :
1.
Obat Awet Muda Sebagai anti oksidan bagi tubuh
manusia, sangat dianjurkan memakan olahan kacang kedelai seperti tahu dan
tempe. Sel-sel tubuh akan terpelihara dari radikal bebas. Ternyata obat awet
muda itu gampang ya? Cukup makan olahan tahu dan tempe.
2. Meningkatkan
Kecerdasan Mengandung asam oeleat yang peranannya sangat penting dalam
pembentukan kecerdasan genetik pada manusia, jadi kacang kedelai sangat penting
untuk membuat otak jadi cerdas, tarutama pada anak-anak.
3. Menghalau
Kolesterol Kacang kedelai ternyata bisa mereduksi alias mengurangi kadar
kolesterol yang ada dalam darah.
4. Mengobati
Diabetes Inisitol yang dibawanya bisa menanggulangi penyakit diabetes. Orang
diabetes biasanya kekuramgan zat insulin yang dapat merubah gula, insulin
tersebut diproduksi oleh pankreas. kacang Kedelai membawa Lecithin yang dapat
melindungi sel-sel pankreas sehingga insulin dapat lebih sempurna diproduksi.
5. Menyehatkan
Jantung Kacang kedelai pun dipercaya membuat jantung menjadi sehat dan membuat
jantung dapat bekerja secara normal.
6.
Menguatkan Daya Tahan Tubuh Kacang kedelai dengan
semua kebaikan zat yang dibawanya terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh manusia.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya krisis
Kedelai di Indonesia
Negeri ini baru saja dihebohkan dengan berita menghilangnya tempe dan tahu
dibeberapa kota besar, Jakarta terutama. Penyebabnya adalah pasokan kedelai
yang berkurang sehingga harga kedelai melambung menyentuh harga 8000 per kg.
Dan ketergantungan terhadap kedelai impor menyebabkan permasalahan menjadi
pelik, ketika pasokan kedelai lokal tidak mencukupi dan quota impor kedelai
belum terpenuhi maka menghilanglah sumber gizi murah bangsa.
Sekedar diketahui, kebutuhan terhadap kedelai di Indonesia setiap tahun
mengalami peningkatan. Tercatat kebutuhan kedelai pada tahun 2012 diperkirakan
sebesar 2,2 juta ton dibandingkan dengan kebutuhan tahun 2011 sebesar 2,16 juta
ton.
Dari kebutuhan tersebut rata-rata yang mampu dipenuhi
oleh kebutuhan dalam negeri sekitar 25-30%, sementara sisanya diperoleh dari
berbagai negara melalui mekanisme impor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 produksi kedelai lokal hanya sebesar 851.286 ton atau 29% dari total kebutuhan. Sehingga Indonesia harus impor kedelai sebanyak 2.087.986 ton untuk memenuhi 71% kebutuhan kedelai dalam negeri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 produksi kedelai lokal hanya sebesar 851.286 ton atau 29% dari total kebutuhan. Sehingga Indonesia harus impor kedelai sebanyak 2.087.986 ton untuk memenuhi 71% kebutuhan kedelai dalam negeri.
Masalah
pangan di Indonesia tentu saja tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah
yang tidak pro-rakyat khususnya petani. Padahal potensi pertanian Indonesia
ditinjau dari luas dan kesuburan lahan termasuk yang terbaik di dunia. Namun
kenyataannya, saat ini Indonesia justru jatuh sebagai pengimpor produk pangan.
Beberapa kebijakan pemerintah yang perlu dikritisi, karena berpotensi mengantarkan
masyarakat pada keterpurukan ekonomi, adalah sebagai berikut:
Pertama, lemahnya
peran pemerintah dalam proses intensifikasi pertanian, sehingga menyebabkan
kegiatan pertanian semakin lesu dan pada akhirnya akan menurunkan produksi.
Intensifikasi merupakan usaha untuk meningkatkan produktifitas tanah, khususnya
terkait penyediaan benih tanaman unggul yang berkualitas dan pemupukan yang
tepat dan efisien. Peran pemerintah paling tidak bisa dilihat dari anggaran
yang disediakan untuk subsidi benih dan pupuk dalam APBN yang selalu mengalami
penurunan terus menerus.
Produksi
kedelai pada 2012 bahkan diperkirakan turun drastis ketimbang 2010 dari 907.300
ton menjadi 779.800 ton. Jumlah sebanyak itu terlampau sedikit untuk mencukupi
kebutuhan 2,2 juta ton per tahun. Penurunan produksi tersebut disinyalir karena
harga benih dan pupuk yang terus meningkat sehingga margin keuntungan yang
diterima petani kedelai tidak sepadan dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Akibatnya banyak petani kedelai yang berhenti menanam kedelai di lahannya.
Kenaikan
harga benih dan pupuk sebagai akibat makin berkurangnya subsisdi yang
disediakan pemerintah. Sebagai perbandingan, pada APBN-P 2010 subsidi pupuk
sebesar Rp 18.4 triliun, kemudian pada APBN 2011 turun menjadi Rp 16.4 triliun.
Sementara subsidi benih, pada APBN-P 2010 dianggarkan sebesar Rp 2.3 triliun
turun drastis menjadi hanya Rp 120.3 miliar pada APBN 2011. Menurunnya subsidi
ini akan menyebabkan kenaikan harga pupuk, sehingga margin keuntungan yang
dinikmati petani akan semakin tergerus bahkan bisa negatif.
Kedua, tidak
hanya proses intensifikasi, pada proses ekstensifikasi, yaitu perluasan area
pertanian, peran pemerintah juga sangat lemah. Bahkan beberapa kebijakan
pemerintah justru menyebabkan penciutan area pertanian. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS, 2010), terjadi penyusutan lahan pertanian sebesar 12.6 ribu
hektar di pulau Jawa, sedangkan secara nasional lahan pertanian menyusut
sebesar 27 ribu hektar. Sementara pada tahun 2009, menurut Badan Ketahanan Pangan
Nasional telah terjadi alih fungsi lahan pertanian hingga mencapai 110 ribu
hektar.
Alih fungsi
yang terjadi adalah perubahan lahan pertanian menjadi penambahan pemukiman (real
estate), pembangunan jalan, kawasan industri, dan lain-lain. Ironisnya,
alih fungsi lahan tersebut justru terjadi pada area lahan-lahan produktif,
sementara pada sisi lain proses tersebut tidak disertai pembukaan lahan
pertanian baru, sehingga lahan pertanian produktif mengalami penyusutan dari
tahun ke tahun.
Ketiga, kebijakan
pemerintah dalam perdagangan produk pangan tidak pro-rakyat tapi pro-pasar.
Buktinya, ketika produksi pangan (beras, kedelai, jagung, dsb) menurun
pemerintah justru lebih memilih kebijakan impor daripada upaya meningkatkan
produksi dalam negeri melalui intensifikasi dan ekstensifikasi seperti yang
disebutkan di atas.
Untuk
mendukung impor produk pangan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Keuangan
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.241 Tahun 2010 tentang impor
beras. Melalui PMK ini pemerintah membebaskan bea masuk impor. Hal serupa kini
dilakukan terhadap kedelai yaitu menghapus bea masuk impor kedelai. Tentu saja
kebijakan ini akan merugikan sekitar 60 juta petani.
Keempat, Badan Pusat Statistik
menyebutkan bahwa setiap tahun terjadi konversi lahan pertanian ke penggunaan
lain tidak kurang dari 110 ribu hektar. Termasuk dalam lingkaran persoalan ini
adalah lahan tidur yang tidak ditanami karena sudah dibeli dari petani dan
pembelinya berspekulasi untuk dapat menjualnya lagi dengan harga jauh lebih
tinggi. Infrastruktur bendungan dan jaringan irigasi yang kita miliki tidak
berfungsi maksimal karena daerah tangkapan air di hulu terdegradasi dan
jaringan irigasi rusak.
Keempat
faktor diatas merupakan penyebab terjadinya krisis kedelai di Indonesia yang
mengakibatkan daya produksi kedelai dalam negeri menjadi lesu. Para petani
tidak tertarik lagi untuk memproduksi kedelai secara mandiri karena tidak
adanya keuntungan yang dirasakan. Kebijakan pemerintah yang diambil untuk
mengatasi masalah tersebut tidak menyelamatkan daya produksi kedelai dalam
negeri. Bila seperti ini, tentunya Indonesia akan selalu mengalami kesulitan
dalam masalah pemenuhan bahan pangan khususnya kedelai.
3.
Pihak-pihak yang berpengaruh dalam meningkatkan daya
produksi kedelai di Indonesia
Adapun
pihak-pihak yang terkait dalam meningkatkan daya produksi kedelai di Indonesia
adaah :
a.
Petani
Petani
merupakan pihak terpenting dalam meningkatkan daya produksi kedelai di
Indonesia. Melalui petani, kedelai dapat tumbuh dan dipanen setiap waktunya.
Bila kemauan petani besar dalam menanam kembali kedelai tinggi, maka dapat
dipastikan bahwa kedelai tak lagi menjadi bahan pangan yang langka pada
saat-saat tertentu. Namun, tentunya untuk mendukung kemauan para petani dalam
mengembangkan panen kedelai haruslah didukung dengan fasilitas maupun sarana
yang memadai. Kesejahteraan petani dan margin keuntungan dalam memanen kedelai
yang dihasilkan harus diperhatikan. Apabila petani merasa diuntungkan dalam
penanaman kedelai, maka pertumbuhan produksi kedelai lokal dapat meningkat
secara signifikan.
b.
Pemerintah
Dalam setiap
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang melibatkan sektor ekonomi dan
kesejahteraan rakyat, pemerintah selalu memiliki peranan yang penting
didalamnya. Berbagai macam kebijakan yang pemerintah keluarkan untuk mengatur
maupun mengatasi masalah yang ada tentunya berpengaruh terhadap berbagai pihak.
Dalam masalah kedelai, pemerintah haruslah cermat mengambil kebijakan yang
tepat. Bukan hanya memikirkan bagaimana cara agar kedelai mampu terpenuhi bila
sedang mengalami kelangkaan, tetapi pembangunan sektor produksi kedelai yang
berkelanjutan tentunya harus diperhatikan. Sudah saatnya pemerintah mulai
memperhatikan kesejahteraan petani sehingga mampu merangsang kemauan untuk memproduksi
kedelai lokal.
c.
Pengrajin tempe dan tahu
Pengrajin
tempe dan tahu sangat berperan penting dalam pengolahan kedelai. Melalui proses
pengolahannya, kedelai dapat diubah menjadi makanan tempe tahu yang biasa
dijumpai dipasaran. Namun, selama ini banyak pengrajin tempe dan tahu yang
lebih tertarik memperoleh kedelai dari luar negeri dibandingkan dari dalam
negeri. Alasan bahwa membeli kedelai dari luar negeri akan menghasilkan jumlah
tempe dan tahu yang lebih banyak dibandingkan bila membeli dari dalam negeri
menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, harga kedelai di luar negeri pun
jauh lebih murah dari kedelai dalam negeri. Padahal, hal ini terjadi karena
jumlah petani yang menghasilkan kedelai lokal memang nyatanya lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah yang dihasilkan dari luar negeri sehingga banyak
pengrajin yang menganggap membeli kedelai dari luar negeri jauh lebih
menguntungkan daripada membeli kedelai dari dalam negeri. Bila pengrajin tempe
dan tahu lebih mengutamakan kedelai lokal, maka dapat dipastikan petani akan
lebih bersemangat dalam menanam kedelai dalam jumlah yang lebih banyak.
d.
Pedagang
Setelah
pengrajin tempe dan tahu, kedelai memerlukan sarana distribusi untuk memasarkan
produknya hingga sampai ke tangan konsumen. Saluran distribusi ini dengan cara
melalui para pedagang. Para pedagang yang biasa dijumpai tentu sangat berjasa,
karena membuat konsumen tidak lagi merasa kesulitan mencari makanan tempe dan
tahu ini. Namun sayangnya, bila keadaan krisis melanda banyak pedagang tempe
dan tahu yang harus gulung tikar akibat merugi. Tidak adanya permintaan dari
konsumen untuk menikmati tempe tahu menjadi salah satu faktornya. Selain itu,
harga yang cukup melambung tinggi juga mematikan minat para pedagang untuk
kembali berjualan tempe dan tahu di pasaran.
e.
Konsumen
Kedelai
tentu bukan apa-apa tanpa konsumen yang selalu setia menikmatinya. Banyak
sekali konsumen yang mencintai makanan olahan kedelai ini. Tidak heran bila
masyarakat Indonesia sangat akrab dengan tempe dan tahu. Tempe dan tahu tidak
hanya menjadi makanan di kios-kios kaki lima, tetapi restaurant bintang lima
pun kini sudah semakin banyak yang menyajikan menu tempe dan tahu. Konsumen
menjadi semakin mudah menikmati tempe dan tahu yang kaya akan manfaat dimana
pun mereka berada. Konsumen merupakan sumber dari penghasilan bagi para petani,
pengrajin tempe, maupun para pedagang. Permintaan akan kedelai yang tinggi
sebagai bahan pangan yang diolah menjadi tempe dan tahu tentu akan
memaksimumkan keuntungan untuk berbagai pihak.
4.
Solusi
mengatasi krisis kedelai di Indonesia
Mengatasi krisis kedelai di Indonesia tentu saja dapat dilakukan. Pihak-pihak
diatas seperti petani, pemerintah, pengrajin tempe dan tahu, pedagang hingga konsumen mampu
mengatasi kestabilan produksi dalam negeri kedelai bila secara bersama-sama
mampu bekerjasama.
Ketergantung dengan kedelai impor dapat kita hapuskan. Sebagai negeri agraris seharusnya Indonesia mampu secara mandiri menghasilkan kedelai lokal tanpa harus selalu bergantung kepada negara lain. Indonesia memiliki lahan pertanian yang subur dan luas hanya saja belum dioptimakalkan untuk lahan kedelai. Tentu bukan tanpa alasan bila petani enggan menanam kedelai, jika dilihat kebelakang dulu petani Nganjuk juga penghasil kedelai. Rasanya menjadi tugas bersama khususnya pemerintah untuk mampu mendorong gairah para petani dalam menanam kedelai.
Ketergantung dengan kedelai impor dapat kita hapuskan. Sebagai negeri agraris seharusnya Indonesia mampu secara mandiri menghasilkan kedelai lokal tanpa harus selalu bergantung kepada negara lain. Indonesia memiliki lahan pertanian yang subur dan luas hanya saja belum dioptimakalkan untuk lahan kedelai. Tentu bukan tanpa alasan bila petani enggan menanam kedelai, jika dilihat kebelakang dulu petani Nganjuk juga penghasil kedelai. Rasanya menjadi tugas bersama khususnya pemerintah untuk mampu mendorong gairah para petani dalam menanam kedelai.
Lalu bagaimana meningkatkan gairah
anak-anak petani untuk menanam kedelai?
Beberapa cara dibawah ini dapat dilakukan sebagai
modal awal untuk meningkatkan gairah petani dalam penanaman kedelai, antara
lain :
a.
Meningkatkan pengetahuan petani tentang
menanam kedelai dengan memperhatikan suntikan dana untuk tanaman kedelai, benih
dan pupuk yang berkualitas.
- Kedelai
sangat rawan hama penyakit, ulat, kutu kebul, cabuk yang semuanya bisa
menyebabkan gagal panen yang berujung pada peningkatan biaya produksi.
Perlu adanya varietas yang relatif tahan terhadap hama mungkin gairah
menanam kedelai akan muncul kembali.
- Yang
terakhir dan tak kalah pentingnya adalah harga. sudah jadi tradisi jika
panen raya tiba maka harga terjun bebas. Jika harga bisa di jaga pada
kisaran petani untung setidaknya keuntungannya sama dengan jagung maka
bukan mustahil kita bisa mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor.
Selain itu, perlunya bangsa ini mempunyai sistem produksi
pangan yang tangguh. Beberapa tahun yang lalu, ketika harga kedelai naik kita
pernah menyadari perlunya kesungguhan untuk membangun kemampuan produksi
kedelai. Lalu, kita terlena dengan prioritas lain dan kejadian itu tidak
mampu menghadirkan solusi mendasar atas persoalan ketergantungan kepada kedelai
impor, sampai kejadian serupa kita alami kembali saat ini.
Untuk mengatasi kelangkaan kedelai kita tidak
bisa hanya mengandalkan instrumen kebijakan perdagangan tetapi harus mencakup
penguatan sistem produksi di dalam negeri, terutama untuk mencegah kejadian
seperti ini terulang lagi pada masa yang akan datang.
Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia,
Indonesia harus memiliki grand strategy dalam membangun sistem
produksi pangan yang tangguh sehingga terbebas dari ketergantungan kepada
pangan impor. Tanah air kita yang berada di daerah beriklim tropika
memungkinkan pertanian sepanjang tahun. Kita dapat membangun sistem produksi
pangan yang tangguh dengan mengerahkan seluruh sumberdaya dan kemampuan yang
dimiliki untuk menghasilkan sendiri kebutuhan pangannya, baik dalam ragam
maupun volume dan waktu ketersediaannya. Inilah sesungguhnya target swasembada
pangan secara berkelanjutan yang mestinya terus menerus kita perjuangkan untuk
dapat ditegakkan. Dengan demikian, grand strategy kita dalam bidang
produksi pangan tidak akan terjebak pada penanganan persoalan jangka pendek dan
terbatas pada komoditas tertentu tetapi menjangkau rentang waktu yang lebih
panjang dengan cakupan yang lebih luas sehingga lebih tangguh.
Tantangan pengembangan kedelai di Indonesia
sebagian telah coba dijawab oleh IPB, dalam berbagai penelitian yang dilakukan
pada penambahan luas area tanam dan bibit unggul. Untuk mengkaji kemungkinan
penambahan luas areal tanam kedelai, telah dilakukan penelitian untuk
menjadikan lahan pasang surut sebagai tambahan areal untuk tanaman kedelai. Hal
ini diharapkan dapat mengurangi kemungkinan penurunan areal tanam jagung dan
palawija lain karena perluasan areal tanam kedelai. Mengingat potensi lahan
kering di tanah air yang masih belum dimanfaatkan secara optimal terutama tanah
asam maka sebagai kelanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya, IPB juga
telah mengembangkan formula inokulan bakteri bintil akar untuk peningkatan
produksi kedelai pada lahan kering asam (pH 4,0).
Dengan memanfaatkan inokulan tersebut, lahan
kering asam dapat ditanami kedelai dengan produktifitas yang tinggi dan
penggunaan pupuk nitrogen dapat dikurangi 50% (Rachmania et al., 2011). Selain
itu, telah dikembangkan juga galur varietas unggul kedelai yang mirip kedelai
impor yang disukai perajin tempe. Pada saat ini telah ada lima galur kedelai
yang produktivitasnya di atas varietas Anjasmoro yang digunakan sebagai
pembanding karena produktivitasnya tinggi (2,59 ton/ha) dan berbiji besar. Dari
lima galur kedelai tersebut dua galur kedelai tercatat mencapai produktivitas
2,94 ton/ha (Suharsono, 2012).
Untuk membangun sistem produksi pangan yang kuat
kita perlu mengelola secara optimal sumberdaya yang kita miliki. Berbagai hal
tersebut sekiranya menunjukkan bahwa pengembangan komoditas kedelai di
Indonesia masih sangat mungkin dilakukan. Perlu ada kerjasama dari berbagai
pemangku kepentingan, baik petani, pemerintah dan industri, untuk dapat
mewujudkan sistem produksi kedelai yang kuat. Perumusan upaya peningkatan
sistem produksi dan perbaikan sistem tata niaga secara komprehensif menjadi
kunci perwujudan hal tersebut.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerdelai merupakan bahan pangan yang kaya akan
manfaat. Kedelai dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan, diantaranya
adalah tempe dan tahu. Harganya yang terjangkau, tentu membuat makanan ini
menjadi kegemaran masyarakat. Namun, keberadaan kedelai di Indonesia seringkali
terjadi krisis yang menyebabkan Indonesia bergantung kepada pemenuhan pasokan
kedeai dari hasil impor. Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan. Banyak
pihak yang merasa dirugikan dengan kelangkaan kedelai yang terjadi di dalam
negeri. Berbagai macam upaya harus dilakukan Indonesia agar dapat mampu
memproduksi secara mandiri kedelai tanpa harus bergantung kepada hasil impor.
B. Kritik dan Saran
Dalam pembuatan karya ilmiah ini penulis menyadari
mesih terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan saran atau kritik
dari rekan-rekan guna kesempurnaan karya ilmiah ini dimasa yang akan datang. Penulis
mengharapkan agar karya ilmiah ini dapat dimanfaatkan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi yang
digunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah :
Angin nganjuk.blogspot.com
Finance.detik.com
Sayangi.com (
Anggwira )
Suharsono, 2012
Klik pintar.com
Data BPS tahun
2010 tentang penciutan area pertanian
Data BPS tahun
2011 tentang tingkat produksi kedelai lokal