Genggamanmu perlahan
mulai melemah, senyum mu mulai memudar, wajah mu kini tak terlihat sama seperti
dulu saat pertama kali kau datang kepadaku. Tanya.... penuh tanya. Apa yang
akan terjadi selanjutnya?
Kilasan ingatan tentangmu dimasa-masa terakhir itu masih saja
teringat. Datang dan pergi. Ada dan menghilang. Selalu berulang disetiap ujung
tidurku. Membuatku selalu kembali memutar cerita itu. Cerita saat kita masih
bersama beberapa waktu yang lalu.
Bagaimana kabarmu disana? Apa kau sungguh baik-baik saja
tanpaku? Terkadang aku berpikir, mungkinkah kau masih mengingatku?
Sudah selama ini aku tak kunjung mendengar kabar tentangmu.
Entah karena kau tak mau menunjukannya kepadaku, atau karena aku terlalu takut memberimu
celah untuk merasakan kembali sakitnya perpisahan itu.
Tahukah kau, berapa kali dalam sehari aku mengunjungimu
dimasa lalu? Aku tak berharap apapun selain menemukan senyumanmu yang masih
tertinggal dimasa itu. Masa ketika cerita kita tertulis. Cerita yang selalu kau
bawa kemanapun kau berjalan.
Dimana kau saat ini? Mengapa aku tak dapat lagi menemuimu?
Kau bungkus rapat-rapat dirimu beserta semua kenangan dan membawanya pergi
sejauh mungkin. Sepertinya kau mampu melupakan dengan kejam bahwa dulu kita
pernah bersama.
Tak bisakah sedikit
saja kau mengingatku? Sedetik saja memikirkanku?
Kau hilang tanpa jejak.
Tanpa kepedulian. Tanpa rasa bersalah!!
Tapi, mengapa disela-sela waktu aku selalu kembali
mengkhawatirkan keadaanmu. Aku tahu kau sangat rapuh dan butuh seseorang
disampingmu yang mampu mendorongmu untuk dapat berlari kencang dalam mengejar
impianmu. Kau butuh sandaran yang mampu menjadi tumpuan saat emosimu tidak
stabil. Kau butuh pendengar yang selalu setia mendengarkanmu bercerita kapanpun
kau mau. Dan kau butuh lengan yang selalu merangkulmu saat kau terjatuh.
Kau..... Baikkah dirimu disana saat tak lagi bersamaku? Bagaimana
pola makanmu? Bagaimana jadwal tidurmu? Bagaimana dengan tugas-tugasmu? Apa kau
mengaturnya dengan baik? Aku khawatir. Sungguh khawatir.
Kau tahu? Tuhan mengenalmu dengan sangat baik. Disetiap aku
bertemu dengannya aku selalu menceritakanmu. Tuhan tahu semua yang terjadi
denganku setelah kepergianmu. Tuhan pun tahu seberapa sering aku merindukanmu.
Aku tak bisa lagi bercerita padamu tentang apa yang biasa kau
dengarkan dulu, dan kau pun tak bisa lagi bercerita padaku tentang apa yang biasa kau certitakan
dulu. Namun, bila suatu saat kau merindukanku, katakanlah pada Tuhan.
Katakanlah apa yang tak bisa kau katakan padaku. Aku akan tahu, karena Tuhan
selalu memberi pertanda kemana aku harus melangkah setelah cerita kita.
Lambaian tanganmu di persimpangan jalan saat itu, akan selalu
kuingat sebagai akhir dari cerita kita.
Meski kita tak lagi
bertemu, namun kuharap kau selalu hadir dalam mimpiku setelah cerita kita usai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar