Dia adalah tempat
impianku berlabuh. Menjemputku dengan
perahu yang siap membawaku ke dalam dirinya dengan cinta disetiap aliran
sungainya.
Beberapa waktu silam saat hari itu berlalu, aku mulai
menjalani hari-hariku sendiri. Menata semua yang pernah hancur dalam hatiku,
perlahan demi perlahan. Aku melihat semua di hadapanku nampak biasa. Walau
disekeliling aku terbiasa melihat sepasang kekasih saling melukiskan senyum,
namun rupanya hal itu belum mampu meruntuhkan pemikiranku untuk tetap berjalan
sendiri.
Sudah lama rasanya aku terperangkap dalam perasaan yang
selalu menyiksaku. Kesepian. Aku benci rasa itu. Ketika mereka mendekat padaku,
namun hatiku tidak bergetar. Semua nampak biasa. Aku benci situasi ini! Seperti tak ada kehidupan dalam diriku. Detak
jantung pun nyaris tak terdengar olehku. Ini benar-benar tidak normal! Ada apa
denganku? Aku hampir putus asa untuk mendongkrak harapan muncul kembali.
harapan untuk tersenyum, harapan untuk bahagia, harapan untuk menyambut hati seorang pangeran.
Aku tahu, mereka selalu berkata “ BUKA MATAMU! TEMUKAN KEBAHAGIAANMU DI TEMPAT YANG KAMU INGINKAN”
Aku selalu mengingat kata-kata itu. Mereka berkata, kebahagiaan bisa di dapatkan
ketika kita mulai meyakini ada kebahagiaan di tempat itu. Saat berada di dalam
kebahagiaan, kamu takkan pernah ingin beranjak se-inci-pun dari dekapannya. Itu
adalah kata-kata yang selalu mereka ucapkan, namun aku tetap menebalkan
telinga.
Sepanjang perjalanan, beberapa pasang mata melirik ke
arahku. Cukup lama. Namun hanya lirikan, takkan aku pedulikan. Lirikan hanyalah
sebatas lirikan. Tak ada kata. Tak ada cerita ataupun harapan yang bisa aku
perjuangkan.
Beberapa pasang mata diantaranya datang dan bertanya padaku
“ butuhkah kamu seorang teman untuk di sampingmu?” Pertanyaan yang sederhana,
namun tak dapat aku jawab dengan mudah. Diantaranya lagi berkata “ Aku adalah
pangeran yang kamu cari”
Bagiku kata hanyalah sebatas kata. Sepertinya kata-kata yang mereka ucapkan belum mampu menjadi kata kunci yang tepat untuk membuka gerbang hatiku. Aku masih menimbang-nimbang siapa yang aku cari.
Bagiku kata hanyalah sebatas kata. Sepertinya kata-kata yang mereka ucapkan belum mampu menjadi kata kunci yang tepat untuk membuka gerbang hatiku. Aku masih menimbang-nimbang siapa yang aku cari.
Ternyata tak mudah memahami keinginan hati. Aku muak
mendengar segudang kata, Aku tetap memalingkan wajah dan kembali melangkah
tanpa mempedulikannya lagi.
Saat tiba di persimpangan, ini adalah saat aku untuk memilih
arah mana yang harus ku ambil. Kaki ku berjalan tanpa ku pinta. Aku hanya
berjalan mengikuti kata hati, dan kata itulah yang membawa langkahku.
Didepan sana aku melihat sesosok bayangan pria yang belum dapat terdefinisi bayangan milik
siapakah itu. Bayangan tak terlihat jelas seperti terlilit seberkas kabut.
Mataku terperangkap dalam sosok bayangan itu.
Aku ragu, untuk menyusuri jalan yang ku pilih. Aku tak
mengerti mengapa kata hatiku membawaku ke tempat ini. Maka aku berhenti.
Berhenti untuk bertanya dan mulai menengadahkan kedua tanganku untuk memohon.
Dalam hatiku berkata “ Tuhan, sungguh aku tak ingin menentangmu. Aku telah
berjalan sejauh ini tuhan, namun aku belum mampu untuk menemukan siapa yang aku
cari. Bantu aku untuk memahami hatiku, arahkan langkahku ke dalam jalan yang
telah engkau siapkan untuk dapat menemukannya. Menemukan dia yang selalu aku
impikan. Aamiin”
Aku mencoba memulai kembali langkahku. Seberkas kabut yang
melilit sosok bayang itu, tidak sepekat seperti pertama kali aku melihatnya.
Terlihat semakin memudar. Hanya menyisakan sedikit kabut saja yang masih enggan
untuk beranjak pergi. Namun kepergian sebagian kabut darinya, memudahkann
mataku untuk melihatnya.
Langkahku semakin dekat, dan bayang itu pun mendekat ke
arahku dengan tempo yang dapat kurasa.
Langkahnya, seperti memanggilku
untuk berdiri lebih dekat dalam pelatarannya.
Sesosok bayang itu berhasil menyeret langkahku hingga tiba
di pelataran tempat aku melihatnya. Ia
memanggil dan terus memanggilku, maka aku menyejajarkan langkah dengan suara
itu dan mulai membuka mataku untuk lebih jelas melihat.
Sebuah uluran tangan datang menjemputku, perlahan
menggenggam tanganku, dan membawaku berdiri tepat disampingnya. Ketika aku
melihat apa yang sebenarnya menarik perhatianku, kini semua kabut yang menjadi
pembungkus sosoknya pudar.Aku dapat melihatnya, aku melihatnya dengan jelas.
Ketika ia mengulurkan tangan dan mengajakku untuk berdiri
disampingnya, saat itu semua raguku hilang. Semua kebingunganku tentang siapa yang aku cari kini terjawab.
“Saat aku melihatnya, saat dia mengulurkan tangannya dan
membawaku berdiri disampingnya, saat aku melihat kedua matanya, dan senyumnya
yang mengarah kepadaku. Saat itu juga aku percaya. Dia adalah jawaban dari
semua tanyaku. Jawaban dari setiap doa yang ku panjatkan pada setiap waktu yang
telah ku lalui.
Dia adalah kamu. Kamu yang saat ini berada di sampingku.
Terimakasih atas uluran tanganmu. Karena uluran tanganmu membawaku
ke tempat terindah yang kini dapat ku
lihat ketika aku bersamamu.
Yang aku tahu, kamu adalah hadiah dari Tuhan yang terselip dalam
do’aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar