Aku berjalan. Dengan senyuman yang nampak jelas pada rautku.
Aku merasa langkahku masih belum mencapai setengah perjalanan. Ku tajamkan
pandanganku pada jarak yang akan ku tempuh. Oh tidak. Ternyata masih sangat
jauh. Berjalan cepat sekalipun tak membuatku yakin bisa sampai tepat pada
waktunya.
Aku putuskan untuk berlari. Aku berlari dengan menggenggam
keyakinan. Tak ingin aku sampai terlambat di tempat tujuan.
Tak percaya apa yang ku lihat. Tempat yang ku nantikan ada
di hadapanku. Untunglah belum terlambat. Matahari baru saja hendak beranjak
pergi menyisakan kegelapan.
Aku menunggu. Aku
menunggu akan tiba datangnya bulan. Sudah berjam-jam ku lewati dan waktu pun terus berlari.
Aku bertanya-tanya. “ Apakah akan datang bulan pada malam ini?”
Aku sudah berlari terlalu jauh untuk tiba di tempat ini dan aku telah menunggu.
Namun, mengapa malam ini bulan tak kunjung datang? Apakah kegelapan malam telah
menelannya? Harus berapa lama aku menantinya datang? Hatiku bertanya-tanya.
Segelintir kekhawatiran telah mencekramku. Erat, sangat erat. Perlahan mulai
melemahkan kakiku untuk berdiri, dan aku terjatuh.
Waktu yang semakin larut membuatku tersadar. Tak ada bulan
yang ingin nampak di pagi hari. Namun dengan sangat sabar aku masih menanti. Berharap
keajaiban datang menyambutku. Dalam relung hatiku aku masih berkata “ Bulan,
datanglah. Biarkan aku bersinar bersamamu. Hanya denganmu. Tak bisakah kau
lihat keberadaanku disini?”
Bila penantianku habis termakan pagi, maka aku harus pulang
dan mengubur semua keinginanku untuk menggapai bulan. Membiarkan bulan datang di
lain malam walau aku tak lagi memandangnya di tempat kini ku berdiri.
Malam ini aku kembali memandang langit pada tempat yang
berbeda. Aku melihat bulan tersenyum padaku. Aku membalasnya walau harus berusaha tersenyum dibalik kekecewaan.
Mengapa bulan datang disaat
aku tak lagi ada disana? Mengapa bulan tersenyum disaat penantianku hampir
rapuh? Seandainya bulan datang lebih awal, kita pasti akan bersinar bersama
disana. Memancarkan kebahagaan untuk semua orang yang memandangnya. Seandainya…..
Seandainya…… Seandainya…….
Bulan, kau harus
tahu, selalu ada batas waktu dalam penantian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar