Teks

Silahkan membaca sesuka hati dengan tidak menjiplak hasil karya orang lain : )

Minggu, 10 Maret 2013

Terimakasih untuk tanganmu


Dia adalah tempat impianku berlabuh.  Menjemputku dengan perahu yang siap membawaku ke dalam dirinya dengan cinta disetiap aliran sungainya.
Beberapa waktu silam saat hari itu berlalu, aku mulai menjalani hari-hariku sendiri. Menata semua yang pernah hancur dalam hatiku, perlahan demi perlahan. Aku melihat semua di hadapanku nampak biasa. Walau disekeliling aku terbiasa melihat sepasang kekasih saling melukiskan senyum, namun rupanya hal itu belum mampu meruntuhkan pemikiranku untuk tetap berjalan sendiri.
Sudah lama rasanya aku terperangkap dalam perasaan yang selalu menyiksaku. Kesepian. Aku benci rasa itu. Ketika mereka mendekat padaku, namun hatiku tidak bergetar. Semua nampak biasa. Aku benci situasi ini!  Seperti tak ada kehidupan dalam diriku. Detak jantung pun nyaris tak terdengar olehku. Ini benar-benar tidak normal! Ada apa denganku? Aku hampir putus asa untuk mendongkrak harapan muncul kembali. harapan untuk tersenyum, harapan untuk bahagia, harapan untuk menyambut  hati seorang pangeran.
Aku tahu, mereka selalu berkata “ BUKA MATAMU! TEMUKAN KEBAHAGIAANMU DI TEMPAT YANG KAMU INGINKAN” Aku selalu mengingat kata-kata itu. Mereka berkata, kebahagiaan bisa di dapatkan ketika kita mulai meyakini ada kebahagiaan di tempat itu. Saat berada di dalam kebahagiaan, kamu takkan pernah ingin beranjak se-inci-pun dari dekapannya. Itu adalah kata-kata yang selalu mereka ucapkan, namun aku tetap menebalkan telinga.
Sepanjang perjalanan, beberapa pasang mata melirik ke arahku. Cukup lama. Namun hanya lirikan, takkan aku pedulikan. Lirikan hanyalah sebatas lirikan. Tak ada kata. Tak ada cerita ataupun harapan yang bisa aku perjuangkan.
Beberapa pasang mata diantaranya datang dan bertanya padaku “ butuhkah kamu seorang teman untuk di sampingmu?” Pertanyaan yang sederhana, namun tak dapat aku jawab dengan mudah. Diantaranya lagi berkata “ Aku adalah pangeran yang kamu cari”                                       
Bagiku kata hanyalah sebatas kata. Sepertinya kata-kata yang mereka ucapkan belum mampu menjadi kata kunci yang tepat untuk membuka gerbang hatiku. Aku masih menimbang-nimbang siapa yang aku cari.
Ternyata tak mudah memahami keinginan hati. Aku muak mendengar segudang kata, Aku tetap memalingkan wajah dan kembali melangkah tanpa mempedulikannya lagi.
Saat tiba di persimpangan, ini adalah saat aku untuk memilih arah mana yang harus ku ambil. Kaki ku berjalan tanpa ku pinta. Aku hanya berjalan mengikuti kata hati, dan kata itulah yang membawa langkahku.
Didepan sana aku melihat sesosok bayangan pria  yang belum dapat terdefinisi bayangan milik siapakah itu. Bayangan tak terlihat jelas seperti terlilit seberkas kabut. Mataku terperangkap dalam sosok bayangan itu.
Aku ragu, untuk menyusuri jalan yang ku pilih. Aku tak mengerti mengapa kata hatiku membawaku ke tempat ini. Maka aku berhenti. Berhenti untuk bertanya dan mulai menengadahkan kedua tanganku untuk memohon. Dalam hatiku berkata “ Tuhan, sungguh aku tak ingin menentangmu. Aku telah berjalan sejauh ini tuhan, namun aku belum mampu untuk menemukan siapa yang aku cari. Bantu aku untuk memahami hatiku, arahkan langkahku ke dalam jalan yang telah engkau siapkan untuk dapat menemukannya. Menemukan dia yang selalu aku impikan. Aamiin”
Aku mencoba memulai kembali langkahku. Seberkas kabut yang melilit sosok bayang itu, tidak sepekat seperti pertama kali aku melihatnya. Terlihat semakin memudar. Hanya menyisakan sedikit kabut saja yang masih enggan untuk beranjak pergi. Namun kepergian sebagian kabut darinya, memudahkann mataku untuk melihatnya.
Langkahku semakin dekat, dan bayang itu pun mendekat ke arahku dengan tempo yang dapat kurasa.  Langkahnya, seperti  memanggilku untuk berdiri lebih dekat dalam pelatarannya.
Sesosok bayang itu berhasil menyeret langkahku hingga tiba di pelataran tempat aku melihatnya.  Ia memanggil dan terus memanggilku, maka aku menyejajarkan langkah dengan suara itu dan mulai membuka mataku untuk lebih jelas melihat.
Sebuah uluran tangan datang menjemputku, perlahan menggenggam tanganku, dan membawaku berdiri tepat disampingnya. Ketika aku melihat apa yang sebenarnya menarik perhatianku, kini semua kabut yang menjadi pembungkus sosoknya pudar.Aku dapat melihatnya, aku melihatnya dengan jelas. 
Ketika ia mengulurkan tangan dan mengajakku untuk berdiri disampingnya, saat itu semua raguku hilang.  Semua kebingunganku tentang siapa  yang aku cari kini terjawab.
“Saat aku melihatnya, saat dia mengulurkan tangannya dan membawaku berdiri disampingnya, saat aku melihat kedua matanya, dan senyumnya yang mengarah kepadaku. Saat itu juga aku percaya. Dia adalah jawaban dari semua tanyaku. Jawaban dari setiap doa yang ku panjatkan pada setiap waktu yang telah ku lalui.
Dia adalah kamu. Kamu yang saat ini berada di sampingku.
Terimakasih atas uluran tanganmu. Karena uluran tanganmu membawaku ke tempat terindah yang kini  dapat ku lihat ketika aku bersamamu.
 Yang aku tahu, kamu adalah hadiah dari Tuhan yang terselip dalam do’aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar