Teks

Silahkan membaca sesuka hati dengan tidak menjiplak hasil karya orang lain : )

Selasa, 20 Agustus 2013

Boneka di Waktu Senggang

Kau datang kembali. Setelah sekian lama kau sempat menghilang kini kau hadir kembali. Aku hanya dapat menunggu terdiam disini bersama seribu tanya yang selalu berputar dalam otakku. Aku tak tahu berapa lama kau akan tinggal disini denganku, aku kesepian sendiri.  Kau hanya meletakkanku pada ruang yang kecil dan sesak saat kau selesai menemuiku. 
Aku benci ruang ini! Ruang ini membuatku merasa kecil dimatamu dan betapa kau tak memperhatikanku. Mengapa setiap kali aku teriak untuk mengatakan aku merindukanmu kau tak mendengar? Ah iya, aku lupa. Ruang ini kedap suara. Jadi, bagaimana mungkin kau dapat tahu segala sesuatu tentangku ketika kau pergi.
Yang kau lakukan hanyalah datang ketika kau mau, ketika kau butuh, atau hanya sekedar mengobati kesedihanmu saat tak kau temukan boneka lain yang tepat untuk menghiburmu. Kau mengambilku dengan perasaan setengah jijik seolah aku hanyalah mainan usang yang telah berdebu dan sangat hina untuk disentuh. Terkadang, kau merasa malu bukan saat ingin membawaku kepada teman-temanmu? Itulah sebabnya kau selalu menyimpanku rapat-rapat dalam ruangan ini utuk menghindari dunia luar yang tak ingin kau kenalkan padaku.
Ya! Mungkin aku sudah biasa merasakan sakitnya.Aku masih mampu bertahan untuk menjadi boneka didalam ruang terpencilmu. Yang membuat ku kuat hanyalah kata-katamu yang selalu berjanji untuk datang kembali padaku. Aku mengerti dan aku terus mencoba mengerti. Mungkin kau butuh waktu untuk dapat membawaku secara nyata dalam duniamu dan membebaskanku dari tempat ini.
Aku senang kau datang lagi menemuiku saat ini. Namun ternyata kesenanganku hanya dapat kurasakan dalam beberapa menit saja. Kemana lagi kau kali ini? Tak bisakah kau bertahan sedikit lebih lama disampingku seperti ketika ku bertahan beratus-ratus jam untukmu? Tangisku pecah kembali, namun seperti biasa, kau takkan mendengarnya.
Kau pergi menemui bonekamu yang lain yang kau simpan di ruang yang indah dan nyaman. Boneka yang sungguh cantik dan membuat siapa saja merasa ingin memilikinya. Dengan bangganya kau memperkenalkan kepada dunia luar. Sementara aku hanya dapat melihatmu bersama boneka barumu dibalik jendela yang telah usang dengan genangan air di mataku.
Mengapa kau bedakan aku dengannya? Aku yang lebih dulu bersamamu dan aku sangat menantikan saat-saat indah seperti yang kau lakukan pada boneka barumu itu terjadi padaku.
Apa salahku padamu? Mengapa kesabaranku seolah rontok tak tersisa ketika kau telah melupakanku begitu saja. Tubuhku gemetar, mencoba menahan rasa sakit yang telah lama kurasakan. Di hari ini, ku teriakkan semua rasa yang ada dihatiku selepas-lepasnya. Aku tak pernah berani melakukan ini sebelumnya. Namun kali ini, ku beranikan diri untuk tetap meneriakkan apapun yang kuinginkan bersama harapanku yang hancur. Kau pun takkan pernah mendengar dan melihat lagi apa yang kulakukan dan bagaimana kabarku. Yang ku tahu kau telah bahagia dan sungguh melupakanku.
Aku merasa lebih baik setelah kuluapkan semuanya. Semua harapanku yang terkikis itu, semua kesabaranku yang telah mencair, dan semua kebodohanku dalam menantimu kini terlepas dariku. Kurelakan semua menguap bersama waktu. 
Bearatus-ratus jam kembali kulalui tanpamu (lagi). Ya, seperti biasanya. Aku takkan heran. Saat ku berbaring dalam kedamaian, kau hadir kembali.  Tanpa rasa bersalah, tanpa rasa menyesal kau datang dan memelukku begitu saja. Dengan keadaan kacau, sama seperti keadaan kau yang biasa menemuiku dulu.
Kau mulai menanyakan kabarku dan terus mencoba berbicara lagi padaku dengan menebar senyum dan berharap aku kembali menenagkanmu.
Kali ini dengarkan aku. Aku bicara dengan sangat lantang dihadapanmu.
“ Cukup! Kau tak perlu tahu bagaimana kabarku disini. Tak cukupkah kau selalu datang dan pergi begitu saja padaku? Mana boneka barumu yang kemarin kau puja-puja itu?
Oh, rupanya boneka itu sudah usang juga ya, jadi kau mencampakannya seperti kau juga mencampakanku?”
“ Kumohon, berhenti bicara. Tetaplah disini.  Sungguh,aku butuh kau untuk menemaniku mencairkan kesedihanku”
“ Maaf aku tak bisa lagi. Aku bukanlah boneka di waktu sengganmu. Ku mohon, jangan datang kembali!”
Dengan bebas sebebas-bebasnya ku langkahkan kakiku keluar dari ruang itu untuk selama-lamanya.
Kau tak bisa memperlakukanku seperti ini. Semua hujaman rasa sakit yang kini kurasa kembali terasa saat aku mulai menyadari bahwa aku bukanlah boneka di waktu senggangmu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar