Melihatmu,
memandangmu, berbincang denganmu adalah hal yang takkan pernah mungkin dapat ku
lupa. Bagaimana mungkin aku melupakan waktu yang ku lalui bersamamu? Walau
singkat, namun tahukah kamu itu sangat berarti untukku? Aku selalu menantikan
kamu menyapaku dengan hangat. Aku ada disini, selalu menantimu. Aku selalu siap
menyediakan tempat untukmu bersandar kapan pun kamu membutuhkannya.
Mengapa kamu
selalu menjadi narkoba untukku? Ah, rasanya aku tak tahu bagaimana denganku
bila sehari tak berjumpa denganmu. Aku butuh kamu untuk menyempurnakan diriku.
Aku belum sempurna tanpamu.
“Kapan kamu akan datang
padaku? Hey, kenapa kamu hanya diam? Kamu mau kan datang padaku?”
Kamu tahu,
perasaanku padamu tak berubah saat pertama kali bertemu. Aku tak ingat kapan
kamu berbincang bersamaku dengan canda dan tawa. Rasanya sudah lama sekali kita
tidak berbincang. Namun satu yang pasti, aku takkan pernah melupakanmu. Waktu
takkan mungkin mampu menggerus perasaanku padamu. Walau yang harus kudapatkan
tidaklah seperti yang kuimpikan, namun aku bahagia. Aku selalu bahagia
mencintaimu. Jangan pernah meneteskan air matamu di hadapanku. Aku takkan mampu
melihatnya. Aku ingin tetap melihat senyummu. Hanya itulah kekuatan terbesar
yang kumiliki.
Aku tahu,
hatimu hanya milik dia. Tujuanmu tak pernah berarah padaku. Namun itu semua
takkan pernah membuatku berhenti untuk selalu memujamu. Tak peduli kamu
melihatku atau tidak. Sungguh aku tak peduli. Yang ku pedulikan hanyalah aku
dapat melihatmu setiap hari. Itu saja.
Aku selalu
beharap keinginanku untuk bisa bersamamu segera datang padaku. Aku tak pernah
berhenti bermimpi suatu saat nanti tujuanmu berarah kepadaku.
Sayang,
tersenyumlah sedikit saja ke arahku. Harus seperti apalagi ku lakukan cara agar
kamu meihatku disini? Kamu sungguh nyata untuku. Nyatakah aku bagimu? Jangan
hancurkan harapanku begitu saja. Menarilah sebentar saja bersamaku agar aku
dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Raihlah tanganku. Aku hampir membeku
disini karena tak kunjung merasakan hangatnya pelukmu. Aku sendiri disini,
hanya untuk menantimu yang selalu merasuk dalam detak jantungku.
“Kamu dimana? Mengapa
kamu tak kunjung datang? Aku masih menunggumu”
Betapapun
aku mencari dan menanti aku tak yakin kamu menganggapku benar-benar nyata. Saat
aku rela berdarah untukmu kamu masih belum ingin melihat ke arahku. Kamu selalu
membalas perasaanku dengan rasa sakit yang luar biasa. Sekeras itukah kamu? Tak
bisakah kamu membalas sedikut saja perasaanku? Sungguh, keinginanku memilikimu
tak dapat terbendung lagi. Aku tak dapat menahan bagaimana keinginanku untuk
dapat bersamamu. Semua ini bukan karangan, aku tak pernah berbohong sedikit pun
padamu. Aku tak pernah bisa mengingkar. Sungguh aku mencintaimu.
“Tuhan seandainya aku
bisa menukar nyawaku untuk sehari saja dapat bersamanya, sungguh aku takkan
pernah menyesal”
Bukan maksudku menganggu
ketenanganmu. Aku tahu, kamu tak pernah menginginkanku. Sekeras apapun aku
berusaha untuk terlihat nyata bagimu takkan mampu menandingi kerasnya hatimu
untuk menghindariku. Sapa maupun kata yang kutujukan padamu selalu tertepis.
Tak ada celah. Tak ada ruang untukku di hatimu. Bolehkah aku berhenti memujamu?
Tolong ajariku untuk melepaskanmu. Sungguh aku tak mengerti bagaimana caranya.
Rintihan hatiku memanggilmu. Dapatkah
kamu mendengarnya? Harapan yang selama ini ku genggam. Perlahan-lahan terus
meruntuh. Meninggalkan puing-puing yang hancur
berserakan. Aku tak bisa memungutinya, karena setiap harapan yang runtuh lenyap
begitu saja. Tanpa ku tahu dimana jejaknya. Yang ku tahu, cintaku untukmu ada
bersama genggaman harapanku. Ia pergi bersama ketidakpedulianmu. Menyisakan air
mata yang tak ku tahu bagaimana cara mengeringkannya.
Harapanku hanyalah harapan dalam
segenggam pasir. Semakin ku ingin memlikimu semakin aku kehilanganmu.
Inikah yang ku dapat diakhir penantianku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar