Aku masih mengingat
setiap rasaku padamu yang tak pernah pudar dalam otakku. Selalu ada harapan
terselip ketika aku mengingatmu. Ini hanya harapan sederhana. Aku hanya
berharap kamu mampu bahagiakanku pada hari istimewaku, tepatnya satu bulan yang
lalu. Tak peduli seperti apa bentuknya, aku hanya ingin melihat kesungguhanmu
padaku. Bisakah kamu membuatku bahagia dan merasa berarti di hari itu?
Masihkah kamu
ingat saat kamu melihat tanganku menengadah dan mulai melantunkan syair-syair harapan?
Ya jelas kamu ingat. Karena Kamu sudah melihatnya. Kamu sudah mendengarnya. Aku
mengira kali ini di hari istimewaku, kamu dapat mewujudkankan harapan kecilku.
Harapan yang tak perlu kamu beri dengan banyak keringat. Hanya dengan kasih sayang, semua mampu
menjadi nyata. Tunjukanlah padaku sedikit saja pengorbananmu. Aku percaya kamu
pasti mampu melakukannya.
Tapi, entah
aku terlalu bodoh atau mungkin terlalu percaya padamu. Aku terus menunggu hal
yang tak kunjung datang. Meskipun banyak
pikiran mengganggu tentang keraguanku padamu, aku selalu menutupinya dengan
kepercayaan. Aku percaya kamu mampu
berkorban dengan setulus hati untukku.
Namun
sepertinya kini ku mulai lelah. Kamu masih saja bungkam! Tak melakukan apapun.
Apakah penantianku selama ini sia-sia? Mengetahui bahwa kamu mendengar dan tahu
harapan kecilku tanpa melakukan apapun, membuatku merasakan dihujam. Kamu
selalu bersandiwara. Didepan dan dibelakangku kamu sungguh berbeda. Seperti
punya dua wajah yang kini dapat ku lihat.
Sakit! Rasanya sangat sakit!
HAH! Iya
benar, aku memang sangat bodoh. Masih saja ku percaya padamu yang tak mungkin
rela berkorban untukku. Bila kamu tak ingin melakukan apapun untukku, mengapa
semua terlihat manis saat kamu berada didekatku? Mengapa kamu selalu
menghujaniku dengan perhatian? Salahkah aku bila mengira hatimu tulus padaku?
Namun hanya harapan kecil seperti ini saja kamu tak mau memberikannya padaku.
Bila kamu
memang bersandiwara, bisakah kamu hentikan dulu sandiwaramu di hari istimewaku?
Bisakah kamu berhenti berpura-pura untuk menganggap aku baik-baik saja? Aku tak
menyangka, ternyata inilah dirimu. Aku sungguh tak percaya, kamu yang selalu
mengejarku adalah kamu yang tak mau melakukan apapun untukku. Bukan karena kamu
tak bisa, tapi karena hatimu memang semu. Palsu! Semua palsu!
Inikah yang
kamu maksud dengan cinta? Bahkan saat aku mendengar kata itu terucap dari
bibirmu ingin rasanya ku tampar wajahmu. Agar kamu sadar, cinta bukanlah
sesuatu yang mudah untuk dikatakan tanpa sebuah perjuangan. Agar kamu berhenti,
melakukan semua sandiwaramu dihadapanku dan menunjukan keaslian dirrimu. Tanpa
topeng. Tanpa apapun itu yang membungkusmu!
Mengapa kamu
begitu pintar menghancurkan harapanku tanpa rasa bersalah? Bila kamu ingiin
menyakitiku, bisakah tak kamu lakukan pada hari istimewaku? Satu bulan yang
lalu. Tepatnya saat aku masih mengira kamu adalah malaikatku sebelum akhirnya
kamu hancurkan semua harapanku.
Aku bersumpah! Untuk satu bulan yang lalu, sungguh aku
takkan lupa bagaimana kamu mencabik-cabikku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar