Teks

Silahkan membaca sesuka hati dengan tidak menjiplak hasil karya orang lain : )

Sabtu, 02 Februari 2013

Satu Hari Yang Lalu


Aku terbiasa tenggelam dalam lamunan yang membuat ku betah berlama-lama tinggal di dalamnya. Dimana ku temukan senyum, canda, tangisan, dan jeritan menjadi satu mengkhiasi kisah yang kita bangun bersama. Disana, Aku dapat melihatmu dengan jelas. Membawa senyum terindah yang masih membekas hingga saat ini. Saat dimana hari telah berganti menjadi esok namun semua masih nampak sama untukku.
Cinta cinta cinta. Kata-kata yang tidak pernah absen dari telingaku. Bagaimana tidak, kebiasaanmu membisikkan kata cinta sudah menjadi hal yang lumrah untukku. Cinta yang kau rasakan mungkin tidak pernah sebesar sebelumnya. Bagaimana tidak, aku adalah perempuan yang selalu senantiasa mencintaimu.
Mencintaimu dalam hari-hariku adalah kebiasaan yang takkan pernah dapat aku tinggalkan.  Bersama-sama kita terpana dalam anugrah yang telah Tuhan sediakan untuk kita berdua. Begitu luar biasa. Hatimu dan hatiku kokoh untuk berdiri saat kita bersama.
Dalam pangkuanmu aku senang menatap bulan dan bintang yang selalu indah saat keduanya berdampingan. Keindahan yang  dipancarkan bukanlah keindahan palsu. Semua insan pun tahu, betapa bahagianya bulan dan bintang saat mereka berdampingan menyinari dunia dengan ketulusan. Dimana ada bulan, disitu ada bintang. Seperti itulah kita. Dimana ada aku, disitu ada kamu. Kamu adalah bagian dariku yang takkan pernah sanggup untuk ku tinggalkan.
 Di setiap detik, kamu alasanku untuk tetap tersenyum. Disetiap detik kamu alasanku untuk berdiri tegak. Aku membutuhkanmu untuk kuat melawan luka . Aku membutuhkanmu untuk tegar menjalani hidup.  Kamu mengajariku untuk tetap kuat. Mengajari bagaimana menghadapi musuh dengan senjata yang sederhana. Mengajariku bersahabat  dengan cinta yang di balut ketulusan. Mengajariku menjadi bunga yang tetap mekar meski matahari menyorot panas ke arahku.
Tak terasa, tetesan air mata membasahi jeritan hatiku membangunkan ku dari kisah kita. Kenyataan datang menjemputku. Membawaku pada cerita baru untuk di kalungkan bersamaku. Memaksaku berhenti untuk menggenggam tanganmu.
Tangan yang selalu menjadi kekuatan untukku kini telah pergi.  Ketika saat itu kau hembuskan nafas terakhir disampingku dengan senyuman yang kau tinggalkan. Aku menyadari Kau tertidur untuk selamanya.
Kau belum sempat mengucapkan kata-kata perpisahan. Mengapa kau meninggalkanku begitu cepat? Mengapa kau biarkan ku berjalan sendiri tanpamu? Tahukah aku tak berdaya menerima kenyataan ini? Bagaimana bisa kau meninggalkan semua mimpi yang belum kita capai bersama? Masih banyak hal yang ingin ku lakukan bersamamu. Masih banyak cinta yang ingin ku bagi denganmu. Masih banyak kata cinta yang hari ini belum aku ucapkan di hadapanmu.
Aku tidak ingin hari berganti menjadi esok bila aku tahu kau akan benar-bernar meninggalkanku. Aku akan berdo’a kepada Tuhan untuk membekukan waktu agar aku bisa lebih lama melihat senyummu di depanku. Aku ingin hari ini tetaplah menjadi hari ini, bukan hari yang berganti menjadi esok ketika aku kehilanganmu. Namun semua hanya harapan kosong.
Bertahun-tahun berlalu, kamu masih selalu hangat dalam ingatanku. Sepertinya, baru kemarin kita bersama merajut kisah cinta. Baru kemarin aku menggenggammu. Baru kemarin kita mengukir senyuman saat kita bersama.
Kemarin. Satu hari yang lalu. Saat waktu belum berganti menjadi hari esok. Saat semua masih baik-baik saja. Saat waktu masih membiarkanku untuk  menjadikanmu  alasan terindah dalam menjalani hariku. Namun, kenyataannya Tuhan tetap menggulirkan waktu menjadi hari esok. Satu hari yang lalu kini telah berlalu dan mencairkan kebahagiaan kita dalam ruang yang berbeda.
Satu hari yang lalu aku mengenalmu. Satu hari yang lalu aku bersamamu. Satu hari yang lalu aku menggenggam tanganmu. Namun mencintaimu bukanlah hanya pada satu hari yang lalu. Aku mencintaimu, hari ini, esok, dan seterusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar