Teks

Silahkan membaca sesuka hati dengan tidak menjiplak hasil karya orang lain : )

Sabtu, 02 Februari 2013

Seberapa Tangguhkah Kamu?


Saat  aku hendak menutup pintu, ada sesuatu yang membuatku berat untuk menutupnya. Aku tidak tahu apa itu. Namun aku terus berusaha menarik pintuku sekuat tenaga agar bisa tertutup sempurna. Aku tidak ingin orang  yang  salah berhasil memasuki ruang melalui pintu yang kini aku genggam.
Semakin kuat aku menarik, semakin kuat juga aku tertarik. Sebuah gaya tarik menarik kini hadir melengkapi  usahaku. Tak kuat, aku merasa kekuatan itu sedikit lebih besar dari kekuatanku. Aku bertanya, apa itu? Dari mana asalnya? Mengapa bisa seperti ini? Semua pertanyaan itu hadir dalam otakku.
Aku beranikan diri untuk mengintip melalui celah di lubang pintu. Pertama kali aku melihat sepasang mata. Mata itu asing. Namun semakin lama aku memperhatikan aku melihat keteduhan dalam pancaran matanya. Aku tak mengerti. Mengapa mata seteduh itu ada di depanku dan mencoba membuka pintu yang ingin ku tutup? Aku tidak mau memadangnya terlalu lama. Aku harus fokus pada usahaku untuk kembali menarik pintuku hingga tertutup. Yang aku tahu, kekuatanku harus lebih besar dari kekuatannya. Hanya dengan cara itu, aku berhasil.
Ku kerahkan semua tenagaku. Menumbuhkan keyakinan dalam hatiku bahwa aku bisa, aku mampu. Terlebih ketika aku mengingat masa-masa kelam yang membuatku sakit, aku semakin yakin dan yakin untuk menariknya dengan keras.
“Jedaaaarrr!!” tertutup. Yaa, aku berhasil. Aku tahu pasti kali ini aku akan menang. Hanya bertarung dengan sepasang mata asing  dibalik pintuku tak akan membuatku kalah dengan mudah. Aku sudah tahu, sepasang mata yang hadir didepan ku hanyalah mata-mata yang sekedar berdiri saja di depan pintuku. Sama seperti sepasang mata lainnya. Ketika berusaha menerobos pertahananku, langsung meyerah. Ada yang bilang takut terluka. Ada yang bilang tak ingin menyakiti kedua tangannya untuk menarik gagang pintu dengan keras. Ada juga yang bilang enggan untuk terlelah.
Aku tersenyum. Seakan puas dengan usahaku. Keinginanku tercapai. Aku berhasil.
Ketika aku berbalik arah dan hendak meninggalkan pintuku, terdengar suara  bantingan pintu yang keras dan mengejutkanku. Ternyata aku lupa menguncinya.
Tidaaaaaakkkk!!! Aku melihat pintuku terbuka.   Dan mata itu? Ya, sepasang mata teduh yang kulihat berhasil membuka pintu yang telah susah payah aku tutup. Dan kini aku melihatnya secara utuh di hadapanku. Sesosok pria berperangai manis kini berdiri tegak di hadapanku.  Aku tersentak. Beberapa detik aku habiskan untuk menatapnya. Pria itu tersenyum dengan hangat.
Pria ituberkata “ Kau lupa mengunci pintunya. Apakah kau pikir aku telah pergi dari depan pintumu sewaktu kau berhasil menutupnya?”  Kemudian pria itu tertawa kecil seakan ingin mencairkan keterkejutanku. Ia melanjutkan perkataanya“ Aku tidak pergi. Aku tetap menunggumu disini. Saat kau mulai lengah, aku mencari kesempatan untuk membuka pintumu”
 Aku hanya terdiam.  Tanpa pikir panjang, aku langsung meraih kembali gagang pintuku, namun kali ini rupanya aku tidak beruntung. Tangannya meraih tanganku. Membuat posisiku semakin sulit.  Aku berontak dan mendorongnya hingga terjatuh. Saat itu, aku tidak bisa berpikir dengan tenang. Aku tidak bisa mempedulikannya. Hanya ada dua pilihan, aku tutup kembali atau dia akan berhasil masuk.
Selagi ia terjatuh, aku mempunyai kesempatan yang baik. Aku berhasil menutup pintuku, dan kali ini aku menguncinya dengan rapat. Nafasku terengah-engah. Jantungku berdebar kencang. Melihat kedua matanya, melihat sosoknya hadir di hadapanku beberapa saat yang lalu membuatku tak bisa untuk tidak mempedulikannya.
Apakah ia baik-baik saja? Apakah ia terluka? Apakah ia masih menungguku di depan pintuku? Aku tidak tahu. Rasa takut yang aku rasakan hanya berhasil menumpahkan air mata. Ku dengar bunyi ketukan pintu yang berasal dari luar sana asalnya. Aku redam kegelisahanku dan mencoba mengatur nafas. Ketukan itu semakin kencang dan berirama. Kali ini yang aku rasa bukanlah ketakutan, hanya tanya yang besar.
Mungkinkah ia orangnya? Mungkinkah ia sepasang mata teduh itu? Munginkah ia masih berada disana? Mungkinkah?
Tedengar  suara yang memecah tanyaku. “Apakah kau pikir aku telah pergi dari depan pintumu sewaktu kau berhasil menguncinya?”
Aku mengenal suara itu, aku mengenal kata-kata itu.  Dia adalah sepasang mata teduh.
Aku memberanikan diri untuk beranjak dari tanyaku. Perlahan aku membuka kunci dan membuka pintuku selebar-lebarnya. Kini aku bisa melihat ia dengan bebas. Melihatnya lengkap dengan senyumannya. Dia ada di hadapanku. Kini hanya hatiku yang akan menentukan, apakah dia bisa memasuki pintu yang telah aku buka? Hanya senyum kecil penuh tanya yang bisa aku berikan padanya.
Hatiku hanya mampu berkata “ Jika kamu ingin melewati pintuku  dan berada di dalam ruangan ini bersamaku, berusahalah. Tunjukkan padaku, setangguh apakah dirimu meyakinkanku”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar