Part3
Menelusuri lorong-lorong kenangan yang pernah singgah
membuatku berjalan ke masa itu. Tempat dimana semuanya pernah terkisahkan.
Sudah ada banyak yang berubah dari jalan ini dari beberapa tahun yang lalu. Mulai
banyak rumah penduduk dan sarana umum yang terbangun. Aku tidak mau melewatkan
kesempatan ini utk mengabadikannya. Jelas sekali terlihat perubahan itu. Namun,
ada satu yang masih sama seperti dulu. Pohon besar itu. Masih bediri tegak
ditengah keramaian. Masih ada ukiran nama itu beberapa tahun yang lalu.
Aku duduk didekat pohon itu dengan bangku taman. Walaupun
sudah ada banyak rumah penduduk, tapi bagiku pemandangan disini masih saja
asri. Aku sibuk melihat hasil dokumentasiku sepanjang perjalanan kesini. Tak
menyadari , ada seorang laki-laki yang memperhatikanku dari kejauhan. Aku
memandang sekali lagi ke arah pohon itu dan tanpa ku sadari lamunanku
mengarahkan tanganku untuk memotret pohon
itu. Aku beranjak pergi.
Merasakan ada yang memanggil namaku aku menoleh. Sesosok
laki-laki memanggilku disana. Ya, tanpa harus aku melihatnya lebih lama, aku
sudah bisa mengenali laki-laki itu adalah kau. Degup jantungku semakin cepat,
didiringi rasa perih. Kedua rasa itu berlomba-lomba mengalun dalam hatiku, dan
aku sibuk untuk mencari tahu rasa mana yang paling besar kurasakan. Senyuman
yang ku lihat itu masih seperti dulu. Tak berubah sedikitpun bagiku.
Kau datang menghampiriku. Menanyakan kabarku, lalu mengajakku
untuk berbincang-bincang. Rasanya jantung ini hampir runtuh. Ingin rasanya
menangis kembali ketika otakku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih
menggantung dimasa itu. Rasa kelu dibibiirku menyulitkanku untuk menjawab
sapaannya. Tidak tahu harus menampakkan ekspresi seperti apa saat berjumpa lagi
dengannya. Aku hanya bisa tersenyum garing. Berusaha tetap tersenyum
didepannya.
Sejak pertemuan itu, kau lebih sering menghubungiku. Aku
berusaha untuk tetap mengatur dan mempertahankan pondasiku untuk tidak lagi
terbawa perasaan seperti dulu. Aku harus tetap tegar menetralisir perasaanku
dari masa-masa itu. Karena perihnya luka, tak kuasa aku tepikan. Selalu ada
rasa sesak setiap kali aku mengingat namamu. Aku telah berusaha untuk
menyingkirkan segala sesuatu tentang kita dahul agar aku bisa kembali hidup
bahagia dan bangkit dari bayang-bayangmu.
Namun tetap saja bukan, yang namanya menahan itu sakit.
Berpura-pura melupakan setiap kenangan yang pernah ada itu diluar kemampuanku. Aku selalu mengira aku sudah kuat untuk
menghadapi kemungkinan tak terduga seperti saat ini terjadi . Aku mengira rasa
itu puun akan hancur tergerus waktu dan membeku karena angkuhnya jarak yang
terbentang. Tetapi, rasanya aku salah. Aku yang sekarang adalah aku yang dulu.
Aku yang tak bisa tanpamu.
Melihat kenyataan ini rasanya aku semakin terjebak dengan perasaanku
sendiri. Mendengar kau memanggilku dengan sebutan “lo gua” aku ga sanggup.
Karena panggilan itu hanya akan menyiksaku. Melihatnya bergandengan dengan yang
lain didepanku membuatku semakin terluka. Apalagi ketika melngetahui bahwa dia
sudah tidak lagi mencintaiku.
Sudah tak ada lagi jalan untuk kembali bersamanya. Semuanya
telah tertututup. Tidak ada celah sedikitpun yang bisa aku lalui untuk kembali
bersamaya. Karena dia sudah tidak lagi mencintaiku.
Maafkan aku karena
harus menjauh darimu. Maafkan aku yang tidak bisa sepertimu, mencintai lalu
melupakannya begitu saja. Maafjkan aku yang terlalu pengecut untuk membalas
sapaanmu yang datang lagi dalam hidupku. Maafkan aku karena tak bisa menjemput
uluran tanganmu. Karena uluran tangan yang kau berikan telah berbeda dari yang
dulu. Bukan lagi karena kau mencintaiku, tetapi karena kau hanya ingin berteman
denganku. Dan maaf aku tidak bisa. Maaf aku tidak sanggup. Bukan karena aku
membencimu, tetapi karena aku terlalu mencintaimu :”)
Ketika semua telah berakhir, kuncilah setiap ruang di hatiku. Bawalah kunci itu bersamamu. Agar
tak lagi bisa ku temui jalan untuk kembali bersamamu dalam ruang kosong tanpa
hatimu :”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar