Teks

Silahkan membaca sesuka hati dengan tidak menjiplak hasil karya orang lain : )

Senin, 24 Desember 2012

Cinta Kepentok Bandrol



Mereka selalu bisa memandang apapun yang ingin mereka pandang.  Bertatap muka, menyapa, tersenyum, lalu saling jatuh hati.  Mereka selalu bisa menikmatinya. Tanpa ragu, tanpa beban, tanpa takut, tanpa ada pilihan.  Selalu kokoh untuk setiap jalan yang mereka telusuri bersama pujaan hati. Pujaan hati yang belum berbandrol.

Memperhatikanmu yang telah berbandrol dari sisi yang tak terlihat dari mereka selalu menjadi tempat teraman untukku. Saat semua orang sedang sibuk menyorotmu  dan bandrolmu dengan lampu terang. Aku lebih memilih memandangmu dari  sisi yang gelap. Karena aku tahu, tidak ada orang yang tertarik untuk melihat ke arahku yang sedang memperhatikanmu. Dengan begitu aku bisa sedikit lebih lama memperhatikanmu secara diam-diam. Hanya kamu. Bukan bandrolmu.
Tidak peduli berapa lama. Tapi rasanya aku bisa lakukan selama apapun yang aku mau. Karena hanya pada tempat ini aku bisa melakukannya. Tak banyak ruang yang kumiliki. Aku hanya bebas menatap, memandang, mengagumi, dan mencintaimu di tempat ini.
Menyadari bahwa kamu juga menoleh ke arahku, membuatku ingin berlari mengejarmu, memanggil namamu sekeras mungkin, membiarkan sorotan lampu itu berbalik menyorotku dan mengikuti arah mataku memandang.  Namun tak biasa. Karena ku ingat, kamu bersama bandrolmu.
Pada setiap satu langkah yang telah berhasil aku lewati, selalu terhenti pada langkah kedua, yang membuatku tak bisa melanjutkan langkah ke tahap selanjutnya. Jarak  antara kita yang ingin ku hapus, tertahan oleh borgol di kakiku yang membuatku tak mampu lagi berjalan.
Melambaikan tangan padamu telah ku lakukan. Berharap kamu akan melepaskan bandrolmu lalu datang meghampiriku dan membawa ku ke tempat dimana kau berdiri bersama dengan sorotan lampu itu.
“Lepaskan saja bandrolmu. dengan begitu kita bebas menyatukan kedua tangan” Aku selalu memikirkan kata-kata itu.  Aku selalu memimpikan saat-saat itu datang padaku. Tak ada cerita seperti ini. Cerita saat aku harus melihatmu terikat kuat dengan bandrolmu. Cerita disaat kamu dan bandrolmu adalah satu paket yang takkan bisa dipisahkan. Cerita ketika sorotan mereka hanya tahu bahwa kamu dan bandrolmu takkan pernah lepas.
Jika aku bertemumu lebih dulu. Lebih dulu menatapmu daripada bandrolmu. Lebih dulu tersenyum padamu daripada bandrolmu.  Lebih dulu menulis puisi untukmu daripada bandrolmu. Cerita ini akan berbeda. Bukan dia yang menjadi bandrolmu. Tapi aku.
Lepaskan.... lepaskan saja  bandrolmu. Agar kita  bebas menyatukan kedua tangan tanpa ada lampu-lampu yang menyorot dengan cahaya curiga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar